Khutbah Jumat Akhir Ramadhan: Perpisahan Yang Menyedihkan
إِنَّ الْحَمْدَ لِلهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ
عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Tak terasa, kita telah sampai pada akhir Ramadhan. Kesempatan kali ini adalah khutbah Jumat akhir Ramadhan pada tahun ini. Seperti inilah umur berlalu. Seperti inilah dunia. Kehidupan seorang hamba hanyalah sekumpulan waktu. setiap kali berlalu satu hari, maka berkuranglah kesempatan hidupnya.
Seseorang yang dirindu sebelum kedatangannya pastilah terasa berat untuk berpisah dengannya. Andai saja diperkenankan maka masih ingin berlama-lama dengannya.
Demikian halnya dengan bulan Ramadhan. Bagi orang beriman, kedatangannya begitu dinanti dan kepergiannya akan menyisakan kesedihan yang mendalam. Tidak berlebihan jika para ulama dan orang-orang saleh dahulu punya keinginan Anda saja setiap hari yang ada adalah Ramadhan.
Ibnu Rajab Al-Hambali mengungkapkan,
قَالَ بَعْضُ السَّلَفِ كَانُوْا يَدْعُوْنَ اللهَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ يُبَلِّغَهُمْ شَهْرَ رَمَضَانَ ثُمَّ يَدْعُوْنَ اللهَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ يَتَقَبَّلَهُ مِنْهُمْ
“Sebagian salaf berkata, “Dahulu mereka (para salaf) berdoa kepada Allah selama 6 bulan agar mereka disampaikan pada Bulan Ramadhan. Kemudian mereka juga berdoa berdoa selama 6 bulan agar Allah menerima (amalan mereka di bulan Ramadhan).” (Lathaif al-Ma’arif, hal 232)
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Kesedihan itu kian bertambah ketika kita ingat betapa Allah Swt sangat sayang kepada hamba-hambaNya yang giat beribadah di bulan Ramadhan. Allah memberikan peluang yang besar di bulan Ramadhan sebagai bulan pengampunan dosa. Maka benar-benar rugi apabila kita meninggalkan peluang berharga tersebut.
Puasa itu sendiri terdapat pengampunan dosa dari Allah, Demikian juga dengan amal sunnah shalat tarawih, di dalamnya terdapat pengampunan dosa dari Allah subhanahu wata’ala.
Menghidupkan malam hari di sepuluh akhir Ramadhan dan momentum lailatul qadar juga merupakan pengampunan dosa dari Allah subhanahu wata’ala,
Tidak hanya itu saja, membaca al-Quran, bersedekah, memperbanyak wirid dan mengeluarkan zakat fitri juga merupakan sarana pengampunan dosa. Dan anugerah terindah bagi seorang hamba adalah manakala Rabb-Nya mengampuni dosa-dosanya.
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Kesedihan lainnya adalah kekhawatiran yang berat akan amal-amal yang telah dikerjakan ini ditolak oleh Allah subhanahu wata’ala.
Sebab amal saleh yang dilakukan seorang hamba itu memang bisa saja tertolak karena tidak memenuhi syarat-syarat, rukun-rukun, sunah-sunah dan adab-adabnya. Atau bisa juga karena rusaknya hati dengan kerasukan virus riya’, sum’ah, ujub, dan lain sebagainya.
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
اِنَّ الَّذِيْنَ هُمْ مِّنْ خَشْيَةِ رَبِّهِمْ مُّشْفِقُوْنَ. وَالَّذِيْنَ هُمْ بِاٰيٰتِ رَبِّهِمْ يُؤْمِنُوْنَ. وَالَّذِيْنَ هُمْ بِرَبِّهِمْ لَا يُشْرِكُوْنَ. وَالَّذِيْنَ يُؤْتُوْنَ مَآ اٰتَوْا وَّقُلُوْبُهُمْ وَجِلَةٌ اَنَّهُمْ اِلٰى رَبِّهِمْ رٰجِعُوْنَ. اُولٰۤىِٕكَ يُسَارِعُوْنَ فِى الْخَيْرٰتِ وَهُمْ لَهَا سٰبِقُوْنَ
“Sungguh, orang-orang yang karena takut (azab) Rabbnya, mereka sangat berhati-hati, dan mereka yang beriman dengan tanda-tanda (kekuasaan) Rabbnya, dan mereka yang tidak mempersekutukan Rabbnya, dan mereka yang memberikan apa yang mereka berikan (sedekah) dengan hati penuh rasa takut (karena mereka tahu) bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabbnya, mereka itu bersegera dalam kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang lebih dahulu memperolehnya.” (QS. Al-Mu’minun: 57-61)
Rasulullah Saw memberikan penjelasan akan ayat-ayat di atas dalam sabdanya,
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha ia berkata, saya bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam,
يَا رَسُولَ اللَّهِ {الَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا أَتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ} أَهُوَ الرَّجُلُ يَزْنِي وَيَسْرِقُ وَيَشْرَبُ الْخَمْرَ قَالَ لَا يَا بِنْتَ أَبِي بَكْرٍ أَوْ لَا يَا بِنْتَ الصِّدِّيقِ وَلَكِنَّهُ الرَّجُلُ يَصُومُ وَيُصَلِّي وَيَتَصَدَّقُ وَهُوَ يَخَافُ أَنْ لَا يُقْبَلَ مِنْهُ
“Wahai Rasulullah, firman Allah yang berbunyi ‘Dan orang-orang yang menginfakkan apa yang telah mereka infakkan, dengan hati yang takut’, apakah maksudnya adalah seseorang yang berzina, mencuri dan meminum khamr?” Maka beliau menjawab: “Tidak wahai putri Abu Bakar Ash-Shiddiq, tapi maksud ayat itu adalah seseorang yang mengerjakan shaum, melaksanakan shalat dan mengeluarkan sedekah, namun ia khawatir jika amal kebaikannya tersebut tidak diterima Allah.” (HR. Ahmad No. 25705. Sanad hadits ini dhaif)
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Kesedihan melanda diri juga karena khawatir apakah mampu istiqamah dalam ketaatan saat Ramadhan telah berlalu. Apakah kita masih akan tetap konsisten dengan amalan sebagaimana yang kita lazimi di bulan Ramadhan?
Karena pemandangan yang kita lihat di sekeliling kita adalah banyak orang yang giat di bulan Ramadhan tapi kemudian bermalas-malasan saat Ramadhan telah selesai.
Padahal para ulama menjelaskan kepada kita bahwasanya tanda diterimanya amal adalah konsistennya seseorang dalam amal tersebut,
إِنَّ مِنْ عَلاَمَةِ قَبُوْلِ الْحَسَنَةِ، الْحَسَنَةُ بَعْدَهَا
“Sesungguhnya diantara alamat diterimanya kebaikan adalah kebaikan selanjutnya.”
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Maka, waktu akhir Ramadhan adalah kesempatan untuk muhasabah diri. Mari kita koreksi kualitas amalan kita sejak hari pertama Ramadhan hingga detik ini. Bagaimana kondisi puasa kita? Bagaimana kondisi shalat lima waktu kita? Bagaimana kondisi sedekah kita? Bagaimana kondisi tilawah kita? Bagaimana kondisi qiyamul lail kita?
Mumpung masih tersisa beberapa hari, mari maksimalkan kesempatan ini untuk mendongkrak kualitas dan kuantitas amal ibadah kita.
Sebab, kita tak akan pernah tahu kapan umur ini akan berakhir. Kita tak pernah tahu apakah tahun depan masih Allah beri kesempatan berjumpa dengan bulan Ramadhan.
Hal yang pasti adalah waktu tidak akan pernah bisa kembali. Dan tak ada yang dapat kita lakukan ketika datang hari penyesalan.
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Demikian materi khutbah Jumat akhir Ramadhan yang dapat kami sampaikan, semoga Allah Swt berkenan mengobati kesedihan kita dengan menerima amal-amal saleh yang kita kerjakan dan memberi kita istiqamah di waktu-waktu lainnya. Amin.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.