Aqidah  

Naik dan Turunnya Iman

definisi iman muhammad antariksa

Mengenal lebih naik turunnya iman seorang hamba. Definisi Iman adalah perkataan dengan lisan, diyakini dengan hati, diamalkan dengan anggota badan, bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. Kedudukan iman adalah kunci dari keselamatan (QS. 103:1-3) kunci darai ketenangan (QS. 13:28) dan kunci dari kesuksesan hidup (QS. 3:185).

Syarat diterimanya Iman :

  1. Harus dengan ilmu (QS. 2:170/5:104/31:21/43:23/6:116). Karena semua akan dimintakan pertanggung jawabannya oleh Allah SWT (QS. 17:36).
  2. Tidak ragu-ragu, 100% beriman kepada Allah SWT dan RasulNya (QS. 49:15).
  3. Ikhlas karena Allah SWT (QS. 98:5/39:2,14) dan Muahadah (6:162).
  4. Menerima Islam secara Kaffah (QS. 2:208/24:12/24:51).

Kemudian Tanda-tanda orang yang beriman (QS. 9:112/8:2/2:177) yaitu : Orang yang bertaubat, yang beribadah, yang memuji Allah,  yang ruku’, yang sujud, yang menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah berbuat mungkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah.

Faktor-faktor turunnya Iman seseorang :

Faktor Intern :

  1. Kebodohan jahil dan banyak menetang QS. 18:54;
  2. Lalai atau Al-Goflah (QS. 7:179) untuk selalu ingat mati (QS. 3:185/21:35/62:8/39:30) karena ajal tidak bisa ditunda (QS. 10:49/4:78/6:59);
  3. Bermaksiat kepada Allah dan jauh dari lingkungan imani (QS. 17:32/17:83);
  4. Jiwa menyuruh kepada yang buruk-buruk (QS. 12:53);
  5. Jangan Isrof berlebihan (QS. 17:26-27) Filteri dengan melawan hawa nafsu (QS. 45:23).

Faktor Extern :

  1. Karena godaan syetan yang menggoda dari empat arah (QS. 7:16-17), Pidato Iblis (QS. 14:22);
  2. Terlalu cinta dunia (QS. 3:14/57:20/9:24/102:1-8/63:9);
  3. Gaul dengan teman-teman yang buruk, lemah, lalai dalam mengingat Allah (QS. 18:28/25:27-29).

Hadits Hanzalah berikut menunjukkan bahwa iman itu bisa berkurang.

عَنْ حَنْظَلَةَ الأُسَيِّدِىِّ قَالَ – وَكَانَ مِنْ كُتَّابِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ – لَقِيَنِى أَبُو بَكْرٍ فَقَالَ كَيْفَ أَنْتَ يَا حَنْظَلَةُ قَالَ قُلْتُ نَافَقَ حَنْظَلَةُ قَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ مَا تَقُولُ قَالَ قُلْتُ نَكُونُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُذَكِّرُنَا بِالنَّارِ وَالْجَنَّةِ حَتَّى كَأَنَّا رَأْىَ عَيْنٍ فَإِذَا خَرَجْنَا مِنْ عِنْدِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَافَسْنَا الأَزْوَاجَ وَالأَوْلاَدَ وَالضَّيْعَاتِ فَنَسِينَا كَثِيرًا قَالَ أَبُو بَكْرٍ فَوَاللَّهِ إِنَّا لَنَلْقَى مِثْلَ هَذَا. فَانْطَلَقْتُ أَنَا وَأَبُو بَكْرٍ حَتَّى دَخَلْنَا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قُلْتُ نَافَقَ حَنْظَلَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « وَمَا ذَاكَ ». قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ نَكُونُ عِنْدَكَ تُذَكِّرُنَا بِالنَّارِ وَالْجَنَّةِ حَتَّى كَأَنَّا رَأْىَ عَيْنٍ فَإِذَا خَرَجْنَا مِنْ عِنْدِكَ عَافَسْنَا الأَزْوَاجَ وَالأَوْلاَدَ وَالضَّيْعَاتِ نَسِينَا كَثِيرًا. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ إِنْ لَوْ تَدُومُونَ عَلَى مَا تَكُونُونَ عِنْدِى وَفِى الذِّكْرِ لَصَافَحَتْكُمُ الْمَلاَئِكَةُ عَلَى فُرُشِكُمْ وَفِى طُرُقِكُمْ وَلَكِنْ يَا حَنْظَلَةُ سَاعَةً وَسَاعَةً ». ثَلاَثَ مَرَّاتٍ

Dari Hanzholah Al-Usayyidiy -beliau adalah di antara juru tulis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam-, ia berkata, “Abu Bakr pernah menemuiku, lalu ia berkata padaku, “Bagaimana keadaanmu wahai Hanzhalah?” Aku menjawab, “Hanzhalah kini telah jadi munafik.” Abu Bakr berkata, “Subhanallah, apa yang engkau katakan?”

Aku menjawab, “Kami jika berada di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kami teringat neraka dan surga sampai-sampai kami seperti melihatnya di hadapan kami. Namun ketika kami keluar dari majelis Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kami bergaul dengan istri dan anak-anak kami, sibuk dengan berbagai urusan, kami pun jadi banyak lupa.” Abu Bakr pun menjawab, “Kami pun begitu.”

Kemudian aku dan Abu Bakr pergi menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu aku berkata, “Wahai Rasulullah, jika kami berada di sisimu, kami akan selalu teringat pada neraka dan surga sampai-sampai seolah-olah surga dan neraka itu benar-benar nyata di depan kami. Namun jika kami meninggalkan majelismu, maka kami tersibukkan dengan istri, anak dan pekerjaan kami, sehingga kami pun banyak lupa.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu bersabda,

“Demi Rabb yang jiwaku berada di tangan-Nya. Seandainya kalian mau kontinu dalam beramal sebagaimana keadaan kalian ketika berada di sisiku dan kalian terus mengingat-ingatnya, maka niscaya para malaikat akan menjabat tangan kalian di tempat tidur dan di jalan kalian. Namun Hanzhalah, lakukanlah sesaat demi sesaat.” Beliau mengulanginya sampai tiga kali. (HR. Muslim, no. 2750).

Agar Iman selalu stabil tidak naik turun :

  1. Muahadah (QS. 6:162-163);
  2. Muhasabah (QS. 59:18);
  3. Muroqobah (QS. 50:18);
  4. Mu’aqobah (QS. 11:114);
  5. Mujaahadah (QS. 29:69).

Faktor bertambahnya Iman seseorang adalah :

  1. Mempelajari Quran dengan tekun dan kontinue, ada 5 tugas kita terhadap Quran yaitu: membacanya (QS. 29:45/17:14), mentadaburinya (QS. 4:82/47:24), mengamalkannya (QS. 6:106), mendakwahkannya (QS. 16:125/15:94) & berjihad / berhukum dengannya (QS. 25:52)
  2. Belajar ilmu yang syar’i (58:11/3:18/35:25/39:9);
  3. Berteman dengan orang yang sholeh (QS.18:28) kalau tidak nanti menyesal dihari kiamat (QS. 25:37-29);
  4. Mempelajari siroh Nabi Muhammad SAW dan sahabatnya (QS. 9:100);
  5. Merenungi ayat-ayat Allah dan tanda kekuasaanNya (QS.3:190-191) tentang dua laut (QS. 55:19-20) tentang dulu bumi dan langit jadi satu teori Big Bang (QS. 55:37);
  6. Melaksanakan ketaatan ibadah yang diperintahkannya (QS. 6:151-153) dan menjauli laranganNya dengan mnegikuti Rasul SAW (QS. 59:7/3:31/33:21)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *